BENTUK DAN MAKNA SUFIKS BAHASA KULISUSU
Abstract
This research describes suffixes in Kulisusu language from the side of meaning and allomorph that is formed in the morphophonemic process. This research is descriptive-qualitative. Data analysis was used the referential (identity) method through sorting or classification based on the characteristics and description of the data. The meanings and evidence of morphophonemic in affixation were defined and compared to see its pattern so that can be categorized variation of suffix forms. According to the data analysis, there are 7 suffixes in Kulisusu languages. Suffix {-a} have 11 allomorphs, suffix {-i} have have 11 allomorphs, and suffix {-ako} have 10 allomorphs. Meanwhile, 4 suffixes, that are, {-o} only have 2 allomorphs, {-ano} have 2 allomorphs. Suffix {-mo} and {-no} respectively only has 1 allomorph. Those suffixes if attached to the base generally pertaining to the forming of the imperative verbs which have a meaning like ‘do something’, ‘make something, and give into something’. Besides, it can also form nouns that meaning related to ‘tool’, ‘place’, and ‘time’.
Penelitian ini mendeskripsikan sufiks bahasa Kulisusu dari segi makna dan alomorf yang terbentuk dalam proses morfofonemik. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Dalam melakukan analisis data digunakan metode padan referensial melalui pemilahan atau pengklasifikasian berdasarkan ciri-ciri, sifat-sifat, dan gambaran data. Makna dan bukti-bukti morfofonemik dalam afiksasi didefinisikan dan dibandingkan untuk melihat pola yang terbentuk sehingga dapat dikategorikan variasi bentuk-bentuk sufiks. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sufiks bahasa Kulisusu ada tujuh. Sufiks {-a} memiliki 11 alomorf, sufiks {-i} memiliki 11 alomorf, dan sufiks {-ako} memiliki 10 alomorf. Sementara, empat sufiks lainnya, yaitu sufiks {-o} hanya memiliki 2 alomorf, sufiks {-ano} memiliki 2 alomorf, serta sufiks {-mo} dan {-no} masing-masing memiliki 1 alomorf. Sufiks-sufiks tersebut jika melekat pada bentuk dasar umumnya berkaitan dengan pembentukan verba imperatif yang bermakna ‘melakukan pekerjaan, ‘membuat sesuatu’, dan ‘memberi ke sesuatu’. Sufiks tersebut juga membentuk nomina yang maknanya berkaitan dengan ‘alat’, ‘tempat’ dan ‘masa’.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Akhyaruddin, Ageza Agusti, H. Y. 2020. Analisis Morfofonemik Bahasa Melayu Jambi sebagai Pengembangan Bahan Ajar Morfologi Bahasa Indonesia. dalam Pena: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra 9 (2): 56--67.
Asmadi. 2016. Proses Morfologis pada Kultur Bahasa Etnis Samawa. Dalam Retorika 2 (2): 214—232. https://doi.org/10.22225/jr.2.2.58.214-232
Asmi. 1995. Sistem Afiksasi Bahasa Kulisusu. Kendari: Universitas Halu Oleo.
Chaer, A. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Damayanti, W. 2015. Bentuk Derivasi Bahasa Melayu Dialek Sambas. Dalam Kandai 12 (2): 255—268.
Firman A.D. 2017. Morfofonemik dalam Afiksasi Bahasa Moronene. Dalam Widyaparwa 45 (1): 47—67. https://doi.org/10.26499/wdprw.v45i1.201
Hidayat, R. 2018. Kaidah Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek Sumbawa Besar. Dalam Genta Bahtera 4 (1): 11—22. https://doi.org/10.47269/gb.v4i1.42
http://arum-sultra.blogspot.com/2011 /02/. 2011. Kawasan Buton Utara Masa Praintegrasi ke Kesultanan Buton. Diakses 2 Maret 2013
Jerniati. 2017. Morfofonologi dalam Konstruksi Bahasa Mandar: Perspektif Fonologi Generatif. Dalam Sawerigading 23 (2): 241—251.
Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara. 2016. La Kino Nambo (Cerita Rakyat Kulisusu). Kendari: Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.
Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara. 2017. Cerita Rakyat Wawonii. Kendari: Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.
Mead, D. 2016. Kamus Kulisusu (Kulisusu-Indonesia-Inggris). Edisi Percobaan ke-7. (http://www.kulisusu.net). Diakses 14 Desember 2017.
Moleong, L. J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Parera, J. D. 2007. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Paryono, Y. 2010. Morfofonemik Bahasa Jawa Dialek Banyumas. Dalam Widyariset 13 (1): 173—181.
Pusat Bahasa. 2008. Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Putrayasa, I. B. 2017. Kajian Morfologi: Bentuk Derivasional dan Infleksional (Edisi II). Bandung: Refika Aditama.
Ramsi, I. S. K. 2017. Infleksi dalam Bahasa Kulisusu. Dalam Bastra 1 (4): 1--8 ojs.uho.ac.id/index.php/BASTRA/article
Roy, M. 2007. Inflectional Verb in Kulisusu Language. Kendari: Universitas Halu Oleo.
Sarmin. 2015. Sistem Morfologi Nomina dalam Bahasa Kulisusu. Dalam Jurnal Humanika 15 (3): 1--16 ojs.uho.ac.id/index.php/ HUMANIKA/article
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Sugerman. 2016. Morfologi Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Linguistik Deskriptif. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sundasewu, R. U. 2015. Analisis Kontrastif Perubahan Fonem pada Proses Reduplikasi dalam Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia: Kajian Morfofonemik. Dalam Edusentris 2 (2): 190—202. https://doi.org/10.17509/edusentris.v2i2.171
DOI: https://doi.org/10.26499/wdprw.v49i1.723
Article Metrics
Abstract view : 368 timesPDF - 876 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Indexed by